Satu dialog menarik yang kami harapkan memberi banyak faedah kepada kita sekalian seputar sikap yang telah diajarkan oleh as-salaf dalam menyikapi pemerintah atau penguasa yang menyimpang.
Seperti biasa, kami kembali mencuplik dialog berikut untuk menjawab tuduhan dan vonis dari sebagian orang yang menentukan satu loyalitas baru untuk mendengar dan taat kepada pimpinan golongannya semata sebagai imam / sulthan serta memungkiri eksistensi penguasa muslim di negeri ini dengan alasan yang cukup sepele, yaitu bahwa penguasa negeri ini, kata mereka, tidak mengerti urusan agama bahkan mereka sebut sebagai pemimpin yang menyeleweng.
Semoga atsar berikut ini bermanfaat bagi kita sekalian yang terus menginginkan kebenaran.
قال الحافظ ابن كثير – رحمه الله – في (( البداية والنهاية )):
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah 8/233 :
ولما رمطيع: المدينة من عند يزيد، مشى عبد الله بن مطيع وأصحابه إلي محمد بن الحنفية فأرادوه على خلع يزيد، فأبي عليهم.
“Tatkala penduduk Madinah kembali dari tempat Yazid, Abdullah bin Muthi’ dan teman-temannya pergi menemui Muhammad bin Al-Hanafiyah. Mereka menginginkan agar beliau memberi dukungan untuk mencopot Yazid dari kekhalifaannya, namun beliau menolaknya.
فقال ابن مطيع : أن يزيد يشرب الخمر، ويترك الصلاة ويتعدى حكم الكتاب.
Ibnu Muthi’ berkata : “Sesungguhnya Yazid minum khamar, meninggalkan sholat dan melanggar hukum-hukum Al-Kitab (Al-Qur`an)”,
فقال لهم: ما رأيت منه ما تذكرون، وقد حضرته وأقمت عنده، فرأيته مواظباً على الصلاة متحرياً للخير، يسأل عن الفقه، ملازماً للسنة.
Ibnu Hanafiyah berkata kepada mereka : “Saya tidak melihat dari Yazid apa yang kalian sebutkan dan sungguh saya mendatanginya dan tinggal bersamanya maka saya melihat dia memelihara sholatnya, berusaha mengupayakan kebaikan, bertanya tentang fiqh dan komitmen terhadap sunnah”
فقال: فإن ذلك كان منه تصنعاً لك.
Mereka berkata : “Sesungguhnya itu hanya sikap yang dibuat-buat untukmu”
فقال : وما الذي خاف مني أو رجا حتى يظهر إلي الخشوع ؟ ! أفأطلعكم على ما تذكرون من شرب الخمر ؟ فلئن كان أطلعكم على ذلك: إنكم لشركائه، وإن لم يكن أطلعكم فما يحل لكم أن تشهدوا بما لا تعلموا.
Ibnu Hanafiyah menjawab : “Apa yang membuat dia takut dariku atau mengharap sampai menampakkan kepadaku kekhusyu’annya ?, apakah dia memperlihatkan kepada kalian atas apa yang kalian sebutkan yaitu minum khamar ?. Dan apabila dia memperlihatkan kepada kalian yang demikian maka sesungguhnya kalian adalah sekutunya. Dan jika dia tidak memperlihatkan maka kenapa kalian bersaksi dengan apa yang kalian tidak ketahui ?!”
قالوا: إن عندنا لحق، وإن لم يكن رأيناه.
Mereka berkata lagi : “Sesungguhnya itu di sisi kami adalah haq (benar-benar terjadi,–pent.) walaupun kami tidak melihatnya”
فقال لهم: أبى الله ذلك على أهل الشهادة فقال: ) إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ( سورة الزخرف، الآية : 86، ولست من أمركم في شيء
Ibnu Hanafiyah berkata: “Allah menolak yang demikian terhadap orang-orang yang bersaksi, Allah berfirman :”Kecuali orang-orang yang bersaksi dengan haq sedangkan mereka mengetuhuinya”. (QS. Az-Zukhruf : 86) Dan saya tidak masuk dari urusan kalian sedikitpun”
قالوا: فلعلك تكره أن يتولى الأمر غيرك، فنحن نوليك أمرنا
Mereka berkata: “Barangkali engkau tidak suka jika orang lain selain dirimu menjadi penguasa, oleh karena itu kami akan mengangkatmu sebagai pemimpin kami”
قال: ما استحل القتال على ما تريدونني عليه – تابعاً ولا متبوعاً -.
Beliau menjawab: “Saya tidak membolehkan peperangan yang didasari oleh apa yang kalian inginkan dariku tadi baik sebagai pengikut maupun yang diikuti”
قالوا: قد قاتلت مع أبيك – أي: على بن أبي طالب – رضي الله عنه - ؟
Mereka berkata: “Bukankah engkau telah berperang bersama ayahmu yaitu 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ?”
قال: جيئوني بمثل أبي أقاتل على مثل ما قاتل عليه.
Beliau menjawab: “Datangkan kepadaku orang yang seperti ayahku, aku akan berperang bersamanya untuk membela suatu perkara yang telah dibela oleh ayahku”
قالوا : فمر أبنيك أبا القاسم والقاسم بالقتال معنا.
Mereka berkata : “Perintahkanlah kedua anakmu yaitu Abul Qosim dan Al-Qosim untuk berperang bersama kami !”
قال: قو أمرتهما قاتلت.
Beliau menjawab : “Kalau aku memerintahkan keduanya tentu akupun akan berperang”.
قالوا: فقم معنا مقاماً تحض الناس فيه على القتال معنا.
Mereka berkata: “Berdirilah engkau di suatu tempat kemudian dari tempat itu anjurkanlah manusia agar berperang bersama kami !”
قال: سبحان الله ! آمر الناس بما لا أفعله ولا أرضاه إذاً ما نصحت لله في عباده !
Beliau menjawab: “Subhanallah, pantaskah aku memerintahkan manusia untuk mengamalkan sesuatu yang tidak saya amalkan dan tidak setujui? kalau begitu berarti saya tidak termasuk orang yang menasehati hamba-hamba Allah di jalan-Nya”
قال: إذاً نكرهك.
Mereka berkata: “Jika demikian, kami akan membencimu”
قال : إذا آمر الناس بتقوى الله، ولا يرضون المخلوق بسخط الخالق.
Beliau berkata: “Kalau begitu saya akan menyuruh manusia untuk bertaqwa kepada Allah, agar mereka tidak mencari keridhoan makhluk dengan melakukan sesuatu yang mendatangkan murka Allah”
Baca: Muamalatul Hukkaam hal: 16 oleh Syaikh Abdussalam bin Barjas, dan Sikap Ahlussunnah wal Jama’ah Terhadap Penguasa oleh Ust Luqman Jamal, Lc.