Seperti biasanya, salah satu senjata dari pengikut Islam Jama'ah adalah mengatakan bahwa pemerintah bukanlah amir / sulthan yang dimaksudkan di dalam syari'at, alasannya adalah karena mereka tidak mengerti agama dan oleh karenanya mereka tidak memerintahkan pada sesuatu yang baik menurut agama. Lagi-lagi ini adalah doktrin yang menyesatkan, mereka menyangka bahwa persoalan agama dan baiknya segala urusan hanya ada pada tangan mereka saja, mereka menyangka bahwa selain Islam Jama'ah maka tidak ada pelajaran syari'at yang baik.
Padahal, jika saja mereka mau menelaah apa yang telah mereka kaji dalam kitab-kitab mereka, di sana telah ada pelajaran dari rasulullah shallallahu alaihi wasallam seputar solusi jitu ketika menghadapi perintah-perintah yang maksiat dari pemimpin negara. Di bawah ini kami bawakan cuplikan dari kitab as-Sunnah Fii Maa Yata'allaq Bi Waliyyil Amr karya Syaikh Ahmad Umar Bazmul.
إذا أمر ولي الأمر بمعصية فلا سمع له و لاطاعة في المعصية :
و بين النبي صلي الله عليه وسلم أن السمع و الطاعة تجب لولي الأمر ما لم يأمر بمعصية فإن أمر بمعصية فلا سمع و لا طاعة في تلك المعصية خاصة أما بقية أوامره فتسمع و تطاع كما أخرج البخاري في الصحيح عَنْ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّه عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :" السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حق عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ ".
Nabi Shallallahu'alaihi wasallam menjelaskan bahwa mendengar dan taat kepada penguasa adalah wajib selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Jika mereka memerintahkan untuk bermaksiat maka tidak boleh didengar dan ditaat dalam kemaksiatan tersebut secara khusus (hanya pada perintah yang maksiat tersebut), adapun perintah yang lainnya maka tetap wajib didengar dan ditaati, sebagaimana yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam shahihnya dari Abdullah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: “Mendengar dan taat adalah kewajiban atas setiap muslim terhadap apa yang dia senangi dan yang dia benci, selama tidak diperintah untuk berbuat kemaksiatan, maka jika diperintah untuk bermaksiat maka tidak boleh mendengar dan taat.”
قال أهل العلم :"معناه : تجب طاعة ولاة الأمور فيما يشق و تكرهه النفوس و غيره مما ليس بمعصية فإن كانت معصية فلا سمع و لا طاعة . و قوله : فلا سمع و لا طاعة يعني فيما أمر به من المعصية فقط فإذا أمر بأمر محرم وجب أن لا يطيعه في ذلك الأمر فلا يمتثل لأن طاعة الله أوجب و لا يفهم من ذلك أنه إذا أمر بمعصية فلا سمع و لا طاعة مطلقاً في كل أوامره بل يسمع و يطاع مطلقاً إلا في المعصية فلا سمع و لا طاعة " (معاملة الحكام 78 ) .
Berkata para Ulama: maknanya adalah: wajib mentaati penguasa disaat sulit dan tidak disukai oleh jiwa, dan selainnya selama dalam perkara yang bukan kemaksiatan. Jika berupa kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat. Sedangkan makna: “tidak boleh mendengar dan taat” adalah dalam perkara yang diperintahkan berbuat maksiat saja, jika diperintah untuk mengerjakan yang haram, maka wajib untuk tidak mentaatinya dalam perkara tersebut, maka jangan dia menurutinya, sebab taat kepada Allah lebih wajib. Dan jangan difahami bahwa jika diperintah berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat secara mutlak dalam setiap perintahnya, namun dia tetap mendengar dan taat secara mutlak, kecuali dalam kemaksiatan (saja) maka tidak boleh mendengar dan taat. (Mu’amalatul Hukkaam: 78)
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :"إذا أمروا بأمر فإنه لا يخلو من ثلاثة حالات :
Berkata Syekh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- : “Jika penguasa memerintahkan dengan suatu perintah, maka tidak terlepas dari tiga keadaan:
الحالة الأولى : أن يكون مما أمر الله به فهذا يجب علينا امتثاله لأمر الله به و أمرهم به لو قالوا : أقيموا الصلاة وجب علينا إقامتها امتثالاً لأمر الله و امتثالاً لأمرهم قال تعالى{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ }(النساء: من الآية59)
Pertama: bahwa itu termasuk yang Allah perintahkan, maka wajib bagi kita mematuhinya, karena adanya perintah Allah terhadapnya, dan perintah mereka pula. Maka jika mereka mengatakan: tegakkanlah sholat, maka wajib atas kita menegakkannya karena mematuhi perintah Allah dan mematuhi perintah mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan ulil amri diantara kalian.”(QS.An-Nisaa: 59).
الحالة الثانية : أن يأمروا بما نهى الله عنه و في هذه الحالة نقول سمعاً و طاعة لله و معصية لكم لأنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق مثل أن يقول : لا تصلوا جماعة في المساجد فنقول : لا سمع و لا طاعة .
Kedua: mereka memerintahkan dengan sesuatu yang Allah melarangnya, maka dalam keadaan ini kita mengatakan: kami mendengar dan taat kepada Allah dan kami menyelisihi kalian, sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Kholiq, seperti kalau mereka mengatakan: janganlah kalian sholat jama’ah di masjid-masjid, maka kita menjawab: tidak boleh mendengar dan mentaatinya.
الحالة الثالثة : أن يأمروا بأمر ليس عليه أمر الله و رسوله صلي الله عليه وسلم و لا نهي الله و رسوله صلي الله عليه وسلم : فالواجب السمع و الطاعة لا نطيعهم لأنهم فلان و فلان و لكن لأن الله أمرنا بطاعته و أمرنا بذلك رسوله عليه الصلاة و السلام قال :"اسمع و أطع و إن ضرب ظهرك و أخذ مالك" .
Keadaan Ketiga: mereka memerintahkan dengan sesuatu yang tidak terdapat perintah Allah dan Rasul-Nya, dan tidak terdapat pula larangan dari Allah dan Rasul-Nya: maka kita wajib mendengar dan taat. Kita tidak mentaati mereka karena mereka adalah si-ini dan si-itu, namun karena Allah yang memerintahkan kita untuk taat kepadanya, dan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memerintahkan hal itu kepada kita. Dimana beliau bersabda: “Dengar dan taatlah, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (Hadits ini dari Hudzaifah radhiallahu anhu, dishahihkan Al-Albani dalam silsilah al- ahadits as- shahihah,jil: 6, no:2739. (pent.))
و سألوه عن الولاة الذين يأخذون حقهم و يهضمون الرعية حقهم ؟ قال : عليهم ما حملوا و عليكم ما حملتم ". حملنا السمع و الطاعة اهـ (من شريط طاعة ولاة الأمور)
Dan para shahabat Radhiyallahu’anhum bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wasallam tentang para penguasa yang merampas harta mereka dan mengambil hak- hak rakyatnya? Maka beliau menjawab: “Mereka menanggung atas perbuatan mereka (atas kedhalimannya), sedangkan kalian menanggung atas apa yang kalian lakukan.” Dan beliau telah memikulkan kepada kita tanggung jawab untuk mendengar dan taat. (Dari kaset: taat kepada penguasa. (tambahan penerjemah): adapun hadits yang disebutkan diriwayatkan At-Thabrani dari Zaid bin Salamah Al-Ju’fi.dishahihkan Al- Albani dalam shahih al-jami’: 4088.)
Maka jelaslah sudah, bahwa tidak ada lagi alasan untuk tidak mentaati penguasa dalam perkara yang ma'ruf. Adapun perkataan mereka pembela imam golongan tentang keadaan penguasa yang - boleh jadi - memerintahkan pada perkara-perkara yang bathil dan buruk, maka kita katakan; Kami telah menetapkan mereka (penguasa) sebagai amir, dan mendengarkan serta mentaati mereka dalam perkara yang baik, dan tidak mentaati mereka dalam perkara yang buruk"
Maka jelaslah sudah, bahwa tidak ada lagi alasan untuk tidak mentaati penguasa dalam perkara yang ma'ruf. Adapun perkataan mereka pembela imam golongan tentang keadaan penguasa yang - boleh jadi - memerintahkan pada perkara-perkara yang bathil dan buruk, maka kita katakan; Kami telah menetapkan mereka (penguasa) sebagai amir, dan mendengarkan serta mentaati mereka dalam perkara yang baik, dan tidak mentaati mereka dalam perkara yang buruk"
Allahulmusta'aan...