Monday, April 9, 2012

MELAKUKAN PERKARA KEKAFIRAN TDK MENGHARUSKAN KEKUFURAN PELAKUNYA

MELAKUKAN PERKARA KEKAFIRAN TIDAK MENGHARUSKAN KEKUFURAN ORANG TERSEBUT

وقوع المرء في شيء من المكفرات لا يلزم منه كفره

Terjatuhnya Seseorang ke dalam Suatu Perkara Kekafiran tidak Mengharuskan Kekufuran Orang Tersebut


وذلك أن تكفير المعيَّن مشروط بإقامة الحجة .

Hal tersebut karena, untuk mengafirkan individu tertentu, dipersyaratkan adanya Iqaamatul Hujjah yaitu penegakan dasar argumentasi terhadapnya.


قال ابن تيمية رحمه الله : « وليس لأحد أن يكفر أحداً من المسلمين وإن أخطأ وغلط ؛ حتى تقام عليه الحجة وتُبيَّن له المحجة. ومن ثبت إسلامه بيقين لم يَزُل ذلك عنه بالشك ، بل لا يزول إلا بعد إقامة الحجة وإزالة الشبهة » ( الفتاوى 12/466 ) .

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – rahimahullah – mengatakan: “Tiada seorang pun yang berhak mengkafirkan seorang muslim, meskipun (muslim tersebut) melakukan kesalahan dan kekeliruan, kecuali setelah hujjah ditegakkan dan kejelasan hukum telah diterangkan kepadanya. Barangsiapa yang keislamannya telah ditetapkan secara pasti, keislamannya tidak bisa digugurkan berdasarkan (perkara) yang meragukan. Bahkan, keislamannya tidak bisa dihilangkan, kecuali setelah hujjah ditegakkan dan kesamaran hukum (syubhat) dihilangkan” (Al Fatawa 12/466)


* أقول : وإقامة الحجة تعني التأكد من توفر شروط تكفير المعيَّن في ذلك المرء ؛ كالعلم المنافي للجهل ، والقصد المنافي للخطإ ، والاختيار المنافي للإكراه ، وعدم التأويل السائغ المنافي لوجود التأويل السائغ .

Saya berkata, “Penegakan hujjah yang dimaksud adalah memastikan terpenuhinya syarat-syarat pengafiran terhadap individu tertentu, seperti ilmu yang meniadakan faktor kejahilan, kesengajaan yang meniadakan faktor kesalahan (yang tidak disengaja), kemauan sendiri yang meniadakan faktor pemaksaan, dan tidak adanya ta’wil (interpretasi yang keliru) yang meniadakan adanya ta’wil”


* وعليه : فما قرره أهل العلم مِن الكفر الأكبر ؛ فلا يلزم منه كفر كل من وقع فيه ،إذ لا بد من إقامة الحجة قبل الحكم بالكفر

Dengan demikian: Penjelasan tentang kufur akbar yang para ulama telah tetapkan tidak serta merta mengindikasikan kekafiran semua orang yang melakukannya. (Hal ini) karena adanya keharusan untuk menegakkan hujjah kepada pelakunya.


Sumber:
الحكم بغير ما أنزل الله
Penulis: Abu Abdirrahman Bundaar bin Naayif al ‘Utaiby
Judul Berbahasa Indonesia: Berhukum Dengan Selain Hukum Allah.

No comments: